Kata seorang teman, menjadi penghafal Quran itu diibaratkan menjadi pasukan khusus Allah. Dan tahu sendiri, yang namanya proses menjadi pasukan khusus secara aslinya juga tidak mudah. Ada tahapannya. Ada perjuangannya. Bahkan mungkin ada derai tangis karena letih dan luka.
Sekarang kita, sebagai orangtua, sedang menyiapkan pasukan khusus itu. Para penghafal Al-Qur’an. Penjaga Kalamullah. Sebagai sebab dari kehendak Allah bahwa Al-Qur’an akan terjaga. Bukan hanya menyiapkan, tapi diri kita sendiri pun tentu juga berusaha. Tak mau kalah dengan para pasukan kecil.
Tips ini bukan saya yang membuat. Tapi saya kumpulkan dari berbagai sumber. Utamanya ya para penghafal Al-Qur’an itu sendiri dan yang telah mempraktekkannya kepada anaknya.
1. Jangan targetkan banyak hafalan , yang penting tajwidnya benar
Karena kalau tajwid sudah benar, untuk selanjutnya lebih mudah insyaAllah. Untuk prakteknya, mungkin setiap orangtua beda-beda. Ada yang menunggu anaknya benar-benar siap menerima pelajaran tahsin (misalnya 7 tahun). Ada juga yang memilih men-talqin (membacakan Al-Quran kepada anak, kemudian diikuti oleh sang anak) sang anak sejak usia balita. Tentu saja men-talqin nya juga dengan tajwid yang benar.
Lalu bagaimana jika anak sudah bisa membaca Al-Qur’an? Apakah dibiarkan menghafal sendiri kemudian setoran?
Yang namanya anak belum fasih bicara itu wajar. Namanya juga lidah anak-anak. Yang paling penting kita terus memperdengarkan bacaan yg BENAR.
2. Selagi anak itu tahsin dan tajwidnya belum bagus, jangan disuruh menghafal sendiri.
Tapi harus ditalqin. Nanti dengan sering mendengar yang benar, lidah anak akan mencontoh yg benar itu. Sembari itu, anak juga tetap diajari tahsin.
Catatan pengingat, menjadi penghafal Al-Qur’an dan mendidik buah hati menjadi penghafal Al-Qur’an butuh kesabaran besar. Plus lagi karunia dari Allah. Maka seperti biasa, selain berusaha, jangan lupa berdoa, agar kita dipermudah dalam setiap ibadah yang kita lakukan. Aamiin.
0 comments:
Post a Comment