Selama hidupnya, Ustadz Yusuf Mansur juga pernah mengalami masa-masa yang sulit. Sempat terlilit utang, masuk penjara, hingga berjualan es di bus. Semua yang ia bangun selama ini kembali ke titik 0. Pada masa-masa tersebut, justru menjadi titik balik perubahan kehidupannya. Beliau menulis bait-bait perenungan bagi dirinya sendiri pada kala itu, agar termotivasi dan bangkit dari keterpurukan.
Ada 3 bait perenungan beliau yang sangat menarik, karena berkaitan dengan kehidupan dunia dan akhirat. Berikut ini 3 butir sikap hidup/ nasehat dari Yusuf Mansur yang terdapat pada buku “Buat Apa Susah? Segarkan hidupmu dengan percaya”:
1. Fatamorgana
Wahai diriku… kadang dunia bak fatamorgana. Seolah-olah kita sedang menuju oase untuk mereguk airnya. Padahal, itu hanya angan-angan kosong yang tidak bisa memenuhi dahaga. Seolah-olah kita sedang memeluknya padahal kita sedang memeluk sesuatu yang kosong, yang tidak memenuhi apapun bagi kehidupan kita. Seolah-olah ia bisa kita buru, ternyata ia sedang memperlakukan kita sebagai budak. Kita sering capek sendiri. Kita dapatkan ia, tetapi ia terlepas lagi dari genggaman. Kita dekap dia, dia malah berontak. Tidak ada yang disisakan oleh dunia melainkan kesibukan yang melalaikan saja.
2. Akan Hancur, Akan hilang
Wahai diriku… kejarlah dunia sebagai modal untuk kepentingan akhiratmu. Jangan berhenti dengan bangganya dunia yang tergenggam. Sebab, dunia akan hilang, dunia akan hancur. Sebaliknya, usahakanlah apa yang engkau kejar adalah ampunan dan keridhaan-Nya.
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga dengan banyaknya harta dan anak. Dunia bagaikan hujan yang membuat tanam-tanaman mengagumkan para petani. Kemudian, tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Di akhirat ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS Al-Hadid [57]:20)
3. Jika Hanya Mengejar Dunia
Wahai diriku… alangkah ruginya jika kita hanya mengejar dunia, tidak mengejar keridhaan Allah sebagai pemilik dunia. Alangkah ruginya kita tenggelam mengejar kesibukan dunia dan tidak menyibukkan diri dalam persiapan hidup di akhirat. Allah telah memberi tahu kita dan mengajarkan lewat serangkaian pengalaman kehidupan bahwa Allah dan amal salehlah yang harus lebih dijadikan tujuan.
“Harta dan anak-anak adalah sekadar perhiasan kehidupan dunia. Amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi tujuan.” (QS Al-Kahfi [18]:46)
Huaaaaa... Huuuaaaa... Huuuaaaa... terharu.
ReplyDelete